Kamis, 29 Desember 2011

Lobus succenturiate


Variasi Abnormal pada Plasenta:
1. Infark plasenta: Pada awalnya berwarna merah gelap, kemudian berubah menjadi kuning, coklat seperti terbakar matahari, dan berwarna keputih-putihan. Infark pada plasenta bayi prematur, pada dasar plasenta maternal (sindrom yang kembali terjadi), atau pada pusar plasenta adalah tidak normal.
2. Terkotori mekonium, berbau, berwarna pucat (dapat menyertai anemia pada janin), atau kemerahan gelap (dapat mengesankan polisitemia), plasenta berukuran besar (dikaitkan dengan penyakit seperti sifilis, diabetes, dan eritroblastosis fecalis).
3. Lobus succenturiate (asesori): Dapat di indikasikan dengan adanya pembuluh darah yang robek pada selaput ketuban. Pada bagian tempat implantasi kurang dari optimal dan atrofi terjadi sehingga mengisolasi suatu lobus.
4. Edema, indurasi, atau kista: Banyak lesi dapat dipalpasi, tetapi tidak terlihat, lakukan palpasi plasenta untuk melihat homogenitasnya.
5. Plasenta yang mengalami gangguan secara keseluruhan: Dapat mengesankan plasenta akreta, yang harus didiagnosis dari suatu spesimen uterus setelah dilakukan histerektomi.
6. Bekuan darah yang menyebar luas (>200 cm2) pada permukaan maternal: area yang terdiri atas serabut, berwarna abu-abu, abu-abu-merah-coklat yang perlahan berubah menjadi putih dan memberi kesan abrupsi plasenta, khususnya jika kondisi ini tampak di atas area indurasi plasenta.
7. Bentuk plasenta yang tidak serasi: Terjadi ketika ttmpat implantasi terletak di kornua atau di atas mioma atau kelainan uterus.
8. Trombosis pembuluh darah janin: garis-garis putih pada vena-vena plasenta biasanya terlihat disertai tali pusat yang melilit berlebihan atau yang sangat panjang.
9. Korioangioma atau hemangioma plasenta: Massa fibrosa atau hemoragik bulat sempurna yang menonjol pada plasenta bagian sisi janin. Pertumbuhan yang kecil tnnumnya asimtomatik; sedangkan massa yang berukuran besar dikaitkan dengan hidramnion, perdarahan antepartum, pelahiran prematur, perdarahan pada janin atau ibu, pirau pada sirkulasi janin (yang dapat menyebabkan gagal jantung janin), atau koagulopati yang konsumtif dan anemia hemolitik mikroangiopati pada janin.
10. Plasenta bipartite atau plasenta dwilobus: Ada dua massa plasenta untuk janin tunggal, dengan pembuluh darah janin menghubungkan satu lobus dengan lobus lain sebelum menyatu pada tali pusat (atau jika ada tiga massa, disebut tripartite atau trilobus). Plasenta dupleks: Apabila plasenta sudah membentuk dua bagian dan pembuluh darah janin pada trap-trap lobus berbeda dari lobus-lobus lain (atau jika terbentuk tiga bagian, disebut tripleks).
11. Plasenta berbentuk cincin: Cincin jaringan plasenta, kadang-kadang berbentuk sepatu kuda, yang dihubungkan dengan perdarahan antepartum dan postpartum, juga dihubungkan dengan PJT.
12. Plasenta membranosa atau plasenta difusa: Seluruh korion diselubungi lapisan tipis vili korionik. Sering kali dikaitkan dengan perdarahan antepartum. Kondisi ini dapat menyebabkan tidak terjadi pemisahan dan diperlukan histerektomi untuk menghentikan perdarahan.
13. Plasenta fenestrasi: Bagian tengah plasenta tidak berbentuk seperti diskus, meskipun lempeng korionik biasanya utuh.
14. Plasenta ekstrakorialis: Pada awal kehamilan, ketika vili korionik mengalami regresi dari keseluruhan lempeng korionik, terlalu banyak regresi akan menyebabkan proliferasi vili sebagai kompensasinya. Plasenta-plasenta ini dikaitkan dengan risiko terjadinya aborsi spontan yang lebih besar, perdarahan antepartum, pelahiran prematur, kematian pranatal, dan malformasi janin.
a. Plasenta sirkumvalata: Lempeng korionik (pada sisi janin) lebih besar daripada lempeng basal (pada sisi ibu). Pada bagian pusat sisi janin ada lekukan di bagian tengah yang dikelilingi oleh cincin tebal, menonjol, dan berwarna keabu-abuan (suatu lipatan rangkap korion dan amnion disertai degenerasi desidua dan fibrin).
b. Plasenta sirkummarginal: Jika cincin datar, hal ini terjadi di pinggir plasenta; juga rerdiri atas desidua dan fibrin yang mengalami degenerasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar