Selasa, 11 Desember 2012
Oryza sativa
Penyakit Tungro adalah penyakit pada tanaman padi (Oryza sativa ) yang disebabkan oleh virus yang biasanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif dan menyebabkan tanaman padi tumbuh kerdil dan berkurangnya jumlah anakan.
Penyakit tungro pada tanaman padi ini disebabkan oleh asosiasi dari dua jenis virus.
Kedua bentuk partikel virus yang berasosiasi yaitu RTBV (Rice Tungro Baciliform Virus) dengan ukuran 140 x 35 mm dan RTSV (Rice Tungro Spherical Virus) dengan diameter antara 30 – 33 nm.
RTBV merupakan anggota dari group”Badnavirus = Banana dna virus” dan hanya dapat ditularkan oleh wereng daun (leafhopper) secara semi persisten dengan hadirnya RTSV.
RTSV masuk dalam group “Waika Viruses Sesquivividae” dan dapat ditularkan oleh wereng daun serta berfungsi sebagai “helper virus” untuk RTBV
Kedua partikel virus tersebut dapat berada di dalam suatu sel secara bersama-sama tanpa mengakibatkan terjadinya proteksi silang antara satu dengan yang lain
Pelepah dan helaian daun memendek dan daun yang terserang berwarna kuning sampai kuning-oranye.
Daun muda sering berlurik atau strip berwarna hijau pucat sampai putih dengan panjang berbeda sejajar dengan tulang daun.
Gejala mulai dari ujung daun yang lebih tua.
Daun menguning berkurang bila daun yang lebih tua terinfeksi.
Dua spesies wereng hijau Nephotettix malayanus dan N.virescens adalah serangga yang menyebarkan (vektor) virus tungro.
Infeksi tungro pada tanaman padi khususnya varietas peka akan menimbulkan gejala kerdil, jumlah anakan berkurang.
Daun menguning, menggulung keluar dan agak sedikit terpuntir. Tanaman yang kerdil pada ruas daun kedua memendek.
Karena adanya perpanjangan pelepah daun baru maka daun yang membuka kadang-kadang pelepahnya terjepit.
Akar tanaman berkurang dan gabah yag dihasilkan kecil dan sering tidak sempurna
Gejala penyakit tungro pada tanaman yang terinfeksi virus mulai dapat dilihat pada umur 7 – 10 hari sesudah diinokulasi.
Penelitian telah menunjukkan bahwa N. virescens dapat menularkan kedua macam virus tersebut secara bersamaan atau masing-masing sendiri-sendiri dari tanaman yang terinfeksi oleh kedua virus tersebut.
Tanaman yang terinfeksi oleh kedua virus tersebut menunjukkan gejala yang serius, yang terinfeksi oleh RTSV saja tidak menunjukkan gejala yang jelas,
Konsentrasi RTBV yang tinggi dalam jaringan tanaman akan menyebabkan gejala berwarna orange pada daun
Tungro tidak dapat ditularkan melalui biji ataupun secara mekanik, tetapi harus ada serangga penular (vektor) yaitu wereng hijau (Nephotettix spp.) atau wereng loreng ((Recilia dorsalis).
Sifat penularan virus oleh vektornya bersifat semi persisten artinya periode akuisisi minimum 5-30 menit dan periode inokulasi minimum 7-30 menit.
Masa inkubasi virus pada tanaman 6-10 hari, virus dapat ditularkan melalui semua stadia serangga, yaitu nimfa dan imagonya, jantan dan betina, tapi tidak melalui telur.
sekali lagi Virus tidak menular melalui tanah, air atau biji padi OK
Mengapa tungro harus dikendalikan?
Tungro adalah satu dari penyakit padi yang paling merusak di Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Epidemik penyakit ini telah terjadi sejak pertengahan tahun 1960an.
Malai yang terserang jarang menghasilkan gabah, menjadi pendek dan steril atau hanya sebagian yang berisi dengan gabah yang berubah warna.
Pembungaan tanaman sakit tertunda dan pembentukan malai sering tidak sempurna.
Penyakit tungro tidak akan menyebar jika tidak ada tanaman sakit yang menjadi sumber inokulum, demikian juga jika tidak ada wereng hijau sebagai vektornya.
Selain adanya kedua faktor di atas , kondisi lapangan juga menunjang perkembangan seperti:
kepekaan varietas yang ditanam
tersedianya tanaman padi yang terus menerus
faktor iklim seperti curah hujan
kecepatan angin akan mempercepat penyebaran peyakit tungro
Bagaimana Mengendalikan Tungro?
Varietas tahan. Penggunaan varietas tahan seperti Tukad Unda, Tukad Balian, Tukad Petanu, Bondoyudo, dan Kalimas merupakan cara terbaik untuk mengendalikan tungro.
Rotasi varietas penting untuk mengurangi gangguan ketahanan.
Pembajakan di bawah sisa tunggul yang terinfeksi.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi sumber penyakit dan menghancurkan telur dan tempat penetasan wereng hijau.
Bajak segera setelah panen bila tanaman sebelumnya terkena penyakit.
Cabut dan bakar tanaman yang sakit. Ini perlu dilakukan kecuali bila serangan tungro sudah menyeluruh.
Bila serangan sudah tinggi maka mungkin ada tanaman yang terinfeksi tungro tapi kelihatan sehat.
Mencabut tanaman yang terinfeksi dapat mengganggu wereng hijau sehingga makin menyebarluaskan infeksi tungro.
Tanam benih langsung (Tabela): Infeksi tungro biasanya lebih rendah pada tabela karena lebih tingginya populasi tanaman (bila dibandingkan tanam pindah).
Dengan demikian wereng cenderung mencari dan makan serta menyerang tanaman yang lebih rendah populasinya.
Waktu Tanam: Tanam padi saat populasi wereng hijau dan tungro rendah.
Tanam serempak: Upayakan petani tanam serempak. Ini mengurangi penyebaran tungro dari satu lahan ke lahan lainnya karena stadium tumbuh yang relatif seragam.
Bera atau rotasi. Pertanaman padi terus-menerus akan meningkatkan populasi wereng hijau sehingga sulit mencegah infeksi tungro.
Adanya periode bera atau tanaman lain selain padi dapat mengurangi populasi wereng hijau dan ketersediaan inang untuk virus tungro.
Hindari penanaman varietas rentan di daerah endemik tungro.
Setelah panen, segera benamkan jerami dan sisa-sisa tanaman dari yang terinfesi tungro dengan bajak dan garu.
Pengendalian juga perlu dilakukan untuk wereng hijau dengan menggunakan insektisida yang berbahan aktif BPMC, buprofezin, etofenproks , imidakloprid.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar