Selasa, 22 November 2011
Kolestasis
Kolestasis adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh terganggunya aliran empedu ke usus.
Kolestasis tidak selalu disertai dengan adanya ikterus, terutama pada fase-fase awal penyakit. Karenanya pada beberapa penyakit hepar, ikterus sudah merupakan gejala lanjut karena sebenarnya kolestasisnya sudah berjalan agak lama.
Kolestasis sering menjadi penyebab dari beberapa kelainan hepatobilier dimana kolestasis sendiri mempunyai berbagai etiologi.
Tindakan yang perlu dilakukan terhadap kolestasis tergantung antara lain oleh lokasi kelainannya, intra atau ekstra hepatal yang dapat dibedakan melalui manifestasi klniniknya. Tindakan ini harus segera dilakukan sebelum penderita mencapai usia 2 bulan sebelum terjadinya kerusakan hepar permanen (sirosis).
Adanya kelainan nutrisional yang menyertai kolestasis seperti absorbsi lemak dan vitamin larut lemak harus diperhatikan.
Ada 3 kejadian penting yang terjadi, yang mengakibatkan timbulnya gejala klinis, yaitu:
Terganggunya aliran empedu masuk ke dalam usus
Akumulasi empedu dalam darah
Kerusakan sel hepar sebagai akibat menumpuknya komponen empedu
Pada bayi, kolestasis sering diartikan sebagai “conjugated hyperbilirubinemia” disertai dengan perubahan biokimia dan patologi yang menunjukkan adanya kerusakan sel hepar.
Etiologi dan Patogensa
Sebenarnya gangguan transpor empedu bisa terjadi sejak awal pembentukkannya. Saat ini dibedakan 2 fase gangguan transpor yang dapat terjadi pada kolestasis.
Fase 1: gangguan pembentukan bilirubin oleh sel hepar, yang dapat terjadi karena bebrbagai sebab, antara lain:
Adanya kelainan bentuk (distorsi, sirosis)
Berkurangnya jumlah sel hepar (“deparenchymatised liver”)
Gangguan fungsi sel hepar
Pada keadaan ini, berbagai bahan yang seharusnya dibuang melalui empedu akan tertumpuk dan tidak mencapai usus yang akan sangat mengganggu pencernaan sehingga terjadi berbagai defisiensi, kondisi toksik, serta penumpukan pigmen empedu yang menyebabkan ikterus. Gangguan fase pertama ini disebut kolestasis primer.
Fase 2: gangguan transpor yang terjadi pada perjalanan dari bilirubin mulai dari hepar ke kandung empedu sampai ke usus.
Bayi pada minggu pertama sering menunjukkan gejala kolestasis dengan tinja akolis/hipokolis, karena proses kolestasis yang terjadi fisiologis akibat masih kurang matangnya fungsi hepar. Namun harus diwaspadai bila hal ini terjadi pada minggu-minggu berikutnya. Hepar hampir selalu membesar sejak dari permulaan penyakit. Pembesaran limpa pada 2 bulan pertama lebih sering terdapat pada kolestasis intarhepatik dari pada ekstrahepatik, sedangkan pada bulan-bulan berikutnya lebih banyak pada kolestasis ekstrahepatik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar