Selasa, 24 Januari 2012

Kanker kista


Kanker kista sering kali baru terdeteksi pada stadium lanjut dimana massa tumor sudah mulai menekan organ-organ di sekitarnya.Namun, tanda dan gejala kanker indung telur dapat dikenali, antara lain:

Siklus menstruasi yang abnormal.
Diare, kembung, atau sembelit.
Rasa nyeri dan berat di rongga panggul.
Peningkatan atau penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya.
Pembengkakan perut yang tidak nyeri.
Perdarahan melalui vagina yang tidak lazim.
Mual-mual.
Kehilangan nafsu makan.
Sering buang air kecil.
Sesak napas.
Demam.
Nyeri saat berhubungan intim.

Jangan menunda untuk mengambil langkah-langkah penting apabila gejala-gejala kanker indung telur yang disebutkan di atas sudah terlihat. Semakin cepat diobati semakin besar harapan untuk sembuh.
Pilihan Pengobatan Kanker Indung Telur

Umumnya, pengobatan kanker indung telur dapat dilakukan secara medis yakni melalui operasi dan kemoterapi. Tetapi hal itu dapat menimbulkan banyak efek samping di samping biaya yang mahal. Karena itu, banyak penderita kanker indung telur telah beralih pada herbal untuk mengatasi penyakit mereka. Dan saat ini herbal antikanker yang bisa dijadikan pilihan adalah Sarang Semut, karena reaksinya yang lebih cepat dalam membantu penyembuhan berbagai jenis kanker.

Fase uterus


Fase uterus

Fase ini terbagi menjadi tiga fase yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:

Fase Proliferasi
Fase Sekresi
Fase Menstruasi

2. Fase pada ovarium

Fase ini terbagi menjadi tiga bagian yang saling berhubungan selain satu sama lain, juga berhubungan dengan fase pada uterus, yaitu:

Fase Follikularis
Fase Ovulasi
Fase Luteal

Seorang anak perempuan, mempunyai ovum dan selubungnya yang disebut folikel primordial. Folikel ini yang akan memberikan makanan pada ovum dan membuat ovum tetap dalam keadaan primordial. Setelah masa pubertas, bila FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) dari kelenjar hipofise anterior disekresi dalam jumlah besar, maka seluruh ovarium dan folikel akan mulai bertumbuh.

Perkembangan selanjutnya dari folikel primordial ini akan membentuk suatu folikel primer. Diperkirakan pada seorang wanita dewasa terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi Folikel De Graaf.

Perkembangannya ini mulai pada saat jumlah FSH yang meningkat sehingga merangsang terbentuknya suatu folikel De Graaf. Proses ini dikenal dengan fase Follikularis. Folikel ini merupakan bagian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat –tingkat perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graaf yang matang terisi dengan likour folikuli, mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.

Fase follikularis ini berlanjut dengan fase proliferasi pada endometrium. Dimana dinding endometrium yang meluruh pada saat fase menstruasi akan kembali terbentuk. Proses yang terjadi pada fase ini adalah sel-sel epitel dari dasar kelenjar pada lapisan basalis akan berproliferasi banyak sekali dan dengan cepat bermigrasi ke permukaan superficial mukosa untuk menutupi permukaan yang terbuka. Hal ini terjadi karena stimulasi dari hormon estrogen yang dihasilkan oleh sel theca pada folikel de Graaf.

Selanjutnya pada fase ovulasi, dimana pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, terjadi 14 hari sesudah terjadinya menstruasi.

Fase ovulasi awalnya terjadi karena hormon LH meningkat, disebabkan karena hormon FSH yang yang telah menurun setelah menstimulasi folikel primer menjadi folikel de Graaf. LH kemudian menggantikan fungsi FSH. Produksi LH yang semakin banyak akan membuat folikel menjadi pecah dan ovum, yang ditutupi oleh lapisan sel granulanya, akan keluar dari folikel.

Ovum yang terlepas tadi akan diterima oleh sebuah mikrofilamen yang berasal dari sel fimbrial tuba fallopi. Ovum kemudian akan disalurkan oleh kontraksi dari otot ritmik tuba fallopi ke dalam lumennya. Ovum yang dari tuba fallopi akan masuk ke dalam ovarium untuk mengalami pematangan. Setelah matang, akan disalurkan ke uterus melalui tuba fallopi. Dalam perjalannya ovum dapat saja bertemu dengan sperma dan mengalami fertilisasi.

Fertilisasi terjadi pada saat materi genetic dari sperma bergabung dengan materi genetic ovum untuk membentuk telur yang matang, atau zigot, yang akan menjadi sel pertama dari individu baru yang akan lahir nanti. Sebelum fertilisasi oosit yang disalurkan dari ovarium ke uterus, jika tidak menemui sperma dalam waktu paling lama 24 jam, maka oosit akan meluruh di endometrium.

Folikel yang pecah tadi nantinya akan membentuk suatu badan yaitu korpus rubrum. Perkembangan dari korpus rubrum ini akan membentuk corpus luteum jika terjadi fertilisasi pada endometrium dan akan membentuk korpus albikans jika tidak terjadi pembuahan pada oosit.

Proses terbentuknya corpus luteum disebut dengan fase luteal. Korpus luteum ini akan memproduksi hormon progesteron yang berperan dalam pemberian makanan pada endometrium sehingga ketebalannya dapat terjaga. Proses ini dikenal dengan fase sekresi dari endometrium. Jadi jika yang terjadi sebaliknya yaitu terbentuk korpus albikans, maka hormon progesterone tidak akan terbentuk dan dinding endometrium tidak akan terjaga lagi ketebalannya. Hal ini menyebabkan dinding endometrium pada dua lapisan luarnya akan meluruh dan terjadilah fase menstruasi.

Umumnya embrio hasil implantasi ini mengambil makanannya dari sel-sel pada dinding endometriumnya. Akan tetapi, setelah bulan kedua kehamilan, terbentuklah plasenta yang menyediakan nutrien dan oksigen bagi embrio dan sebagai saluran keluar hasil metabolisme dari embrio. Selain itu, plasenta juga berfungsi dalam mensekresi HCG (Human Corionic Gonadotropin) yang digunakan untuk mempertahankan corpus luteum sehingga progesteron dan estrogen tetap terproduksi. Juga untuk merangsang sel intertisiel laydig yang ada dalam alat kelamin jantan.

Organ genitalia wanita


Organ genitalia wanita bagian luar terbagi atas :

Vulva merupakan sebutan untuk semua daerah pubis, berisi organ genitalia luar.
Tulang pubis merupakan tulang melingkar pada bagian atas dari daerah genitalia.
Mons merupakan jaringan lemak yang menutupi tulang pubis.
Labia mayor merupakan lapisan lunak dari kulit di bawah mons yang melindungi vagina.
Labia minor merupakan lapisan yang lebih lunak dibandingkan labia mayor yang ditemui pada bagian luar dari bibir vagina.
Himen merupakan jaringan tipis yang melintang dan dapat menutupi pembuka vagina setengahnya.
Clitoris merupakan organ dari wanita yang telah dewasa yang memberi respon pada saat dilakukan kegiatan seks. Bagian ini merupakan tujuan akhir dari saraf.

Organ genitalia wanita bagian dalam terbagi atas :

Ovarium merupakan 2 kelenjar reproduksi yang memproduksi hormon dan telur.
Tuba fallopi merupakan dua tubulus tempat jalannya telur dari ovarium ke uterus. Tuba fallopi ini sering pula disebut dengan tuba uterine yang menghubungkan rongga peritoneum dengan rongga uterus melalui lumen di ujung tuba yang terbuka, lumen ini merupakan tempat oosit untuk masuk ke dalam tuba setelah ovulasi dan masuk sampai sepertiga lateral tuba dan tinggal di sini sampai terjadi fertilisasi.
Uterus merupakan organ muscular di dalam tubuh dimana telur yang telah dibuahi berkembang.
Endometrium merupakan bagian landasan dari uterus yang meluruh setiap bulannya.
Cervix merupakan bagian yang paling bawah dari uterus, terletak di antara vesika urinaria dan rectum. Bagian ini membentuk saluran yang menuju vagina, dan akhirnya sampai pada bagian luar tubuh.
Vagina merupakan saluran yang berasal dari servix ke bagian luar tubuh dan keluar seperti cairan menstruasi keluar; ketika bayi lahir, juga melalui vagina.

Kini setelah mengetahui tentang organ-organ genitalia wanita, maka kita dapat membahas tentang proses-proses kehamilan.

Sabtu, 07 Januari 2012

selaput bening


Kornea (selaput bening) adalah bagian bolamata yang terletak paling depan dan tembus pandang. Sifat tembus pandang ini memungkinkan cahaya dapat masuk dan mencapai layar berisi sel-sel saraf di dalam bolamata. Sisi luar kornea dilapisi oleh air mata, sedangkan di sisi dalamnya terdapat cairan akueous. Kemampuan kornea untuk membiaskan cahaya adalah paling kuat apabila dibandingkan dengan sistem optik refraktif bolamata lainnya, yaitu cairan akueous, lensa mata dan badan kaca. Daya bias yang ditimbulkan oleh bentuk kubah kornea akan membiaskan sinar ke lubang pupil di depan lensa mata. Bentuk kubah kornea yang cembung memiliki daya bias yang lebih kuat dibandingkan dengan bentuk kubah kornea yang mendatar. Mengingat pentingnya peran kornea dalam menghantarkan cahaya masuk ke dalam mata dan menghasilkan penglihatan yang tajam, maka kornea membutuhkan kejernihan, kehalusan permukaan, dan kelengkungan tertentu.

Kejernihan kornea terjadi karena beberapa faktor yang saling menunjang.Antara lain karena kornea tidak mengandung zat tanduk dan pembuluh darah, struktur dan susunan jaringannya relatif homogen dan teratur.Karena permukaannya dikelilingi oleh cairan, maka kornea harus memiliki lapisan sel epitel di sisi depan dan endotel di sisi dalam. Lapisan utuh ini mampu menahan cairan, serta memiliki mekanisme untuk mempertahankan kadar cairan pada tingkat tertentu di dalam jaringan kornea. Untuk itu sel-sel endotel juga mempunyai fungsi untuk memompa keluar cairan yang berlebih dari jaringan kornea. Keruh Kornea yang jernih dan tembus pandang terjadi karena keseimbangan komposisi dan struktur jaringannya. Jika keseimbangan tersebut terganggu maka akan terpengaruh pula pada tingkat kejernihan kornea. Menurunnya tingkat kejernihan atau mengeruhnya kornea dapat bersifat sementara, atau bahkan bisa menetap selamanya. Kekeruhan kornea dapat terjadi apabila kornea terluka karena kecelakaan, terinfeksi oleh bakteri, jamur atau virus, atau akibat reaksi penolakan tubuh (autoimmun). Kekeruhan kornea dapat pula disebabkan oleh penumpukan materi abnormal akibat kelainan bawaan, kerusakan lapisan endotel akibat meningkatnya tekanan bola mata (glaukoma), dan komplikasi tindakan bedah mata. Sel-sel pada lapisan endotel relatif tidak mempunyai daya untuk memperbaiki diri (regenerasi), sehingga jumlah selnya akan terus berkurang sejalan dengan bertambahnya usia. Padahal dibutuhkan jumlah sel minimum agar lapisan endotel tersebut dapat menjalankan fungsi pompanya dengan baik. Penurunan kejernihan kornea akan mengakibatkan timbulnya gangguan penglihatan, mulai dari rasa silau sampai dengan penurunan tajam penglihatan, bahkan kebutaan.

Sebagian penderita yang terganggu penglihatannya maupun yang buta akibat kerusakan korneanya ini masih dapat dipulihkan kembali penglihatannya dengan tindakan operasi pencangkokan (transplantasi) kornea, yang dalam kedokteran disebut keratoplasti. Transplantasi Kornea Transplantasi atau pencangkokan dilakukan dengan cara mengangkat kornea penderita yang keruh dan menggantinya dengan kornea dari donor yang masih jernih. Tindakan pemulihan struktur dan fungsi kornea melalui transplantasi ini dapat dibedakan menjadi pencangkokan: kornea lameler dan kornea tembus. Pencangkokan kornea lameler yang dilakukan apabila lapisan sel endotel penderita dianggap masih menjalankan fungsi pompanya dengan baik. Dalam tindakan ini, hanya sebagian lapisan kornea yang diganti dengan kornea donor. Pencangkokan kornea tembus yang dilakukan apabila seluruh lapisan kornea penderita diangkat dan diganti dengan kornea donor. Beberapa tujuan pencangkokan bertujuan: memulihkan kemampuan penglihatan secara optimal; menghilangkan keadaan patologik di jaringan kornea yang diperkirakan dapat merusak bolamata secara keseluruhan, misalnya karena infeksi oleh bakteri maupun jamur; memperbaiki struktur jaringan kornea yang mengalami penipisan dan kerusakan yang dapat mengancam keutuhan bolamata, yang disebabkan kecelakaan. Tingkat keberhasilannya dalam memulihkan penderita dengan transplantasi kornea sangat tergantung pada keadaan bolamata penderita sebelum tindakan dilakukan, saat pencangkokan dilaksanakan dan ada tidaknya komplikasi pasca bedah. Yang pasti semakin dini pencangkokan semakin baik hasilnya.

Resiko memakai lensa kontak


Resiko memakai lensa kontak :
Lensa Kontak merupakan benda asing yang menempel pada permukaan kornea sehingga mudah menimbulkan irritasi, alergi atau trauma bahkan infeksi jika tergores pada kornea.
Apabila terlalu lama dipakai akan menimbulkan bengkak pada kornea sehingga menyebabkan kornea mudah tergores atau abrasi
Sebagaian pemakai lensa kontak mengalami deposit/endapan protein (berasal dari air mata) menempel di permukaan lensa kontak sehingga menimbulkan permukaan kornea tidak licin.
Lensa kontak membutuhkan cairan pembersih sehingga sebagaian pemakai lensa kontak ada juga yang mengalami allergi terhadap bahan pengawet cairan pembersih tersebut.

Cara Pencegahan Komplikasi :
1. Ikuti petunjuk dokter dan rekomendasi dari pembalut lensa kontak atau dari petugas optik
2. Jangan membersihkan lensa kontak dengan air kran atau air sumur, memakai lensa kontak saat mandi dengan air panas
3. Jika berenang/menyelam maka pemakai lensa kontak harus memakai kacamata yang kedap air
4. Setiap malam lensa kontak sebaiknya dibersihkan/dilakukan dis-infeksi
5. Cuci tangan setiap melakukan pemasangan dan pelepasan lensa kontak.
6. Hentikan pemakaian lensa kontak jika muncul tanda dan gejala berikut : mata merah, berair, sakit saat melepas lensa kontak, silau, kabur dan ada perasaan tidak nyaman dimata setelah lensa kontak terpasang.Apabila dijumpai tanda-tanda diatas maka SEGERA periksakan ke dokter spesialis mata terdekat.

Gejala, Tanda Mata Kering


Lapisan air mata terdiri dari :
1. Lapisan Lemak/Minyak, merupakan lapisan terluar yang berhubungan dengan udara luar, dihasilkan oleh kelenjar kecil-kecil di pinggir kelopak mata yang disebut kelenjar meibom dan berfungsi untuk melicinkan permukaan mata dan mengurangi penguapan air mata.
2. Lapisan Air, terletak di bagian tengah dan dikenal sebai air mata, dihasilkan oleh kelenbjar kecil-kecil tersebar di konjungtiva (selaput halus tipis menyelubungi bola mata dan kelopak mata), selain itu juga dihasilkan oleh kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang berfungsi untuk membersihkan mata serta mengeluarkan benda asing atau irritan.
3. Lapisan Lendir, merupakan lapisan paling dalam yang kontak langsung dengan mata yakni komjungtiva dan kornea, dihasilkan oleh konjungtiva dan menyebabkan air mata menempel pada mata.

Penyebab Mata Kering :
1. Produksi Air Mata Berkurang
a) Usia Bertambah Tua : sering dijumpai pada wanita yang sudah menopause, tetapi dapat juga terjadi pada usia berapapun baik laki-laki dan wanita.
b) Akibat pemakain obat-obatan jangka panjang seperti antihistamin, antidepresan, kontrasepsi oral, obat tukak lambung, betabloker, obat-glaukoma dan obat anesthesi.
c) Kelaianan Kongenital

2. Penguapan Air Mata Berlebihan
a) Lapisan lemak air mata terlalu tipis
b) Kelopak mata tidak dapat menutup dengan sempurna/normal, berkedip tidak normal (biasanya pada orang-orang hipertitoid atau pasca trauma)
c) Lingkungan udara kering : AC, Hairdryer, iklim kering, polusi udara rokok, debu, angin dan gurun pasir
d) Parut kornea, penderita allergi
e) Penyakit kelenjar meibom

Gejala, Tanda Mata Kering :
- mata terasa kering, gatal, panas, merah, pedih dan mata berair
- lengket dan mengeluarkan kotoran berlendir, ada sensasi seperti "klilipan" atau kemasukan benda asing
- mata menjadi lebih sensitive terhadap asap rokok, panas matahari, angin, tempat ber-AC atau udara kering
- mata mudah lelah jika untuk membaca, melihat TV atau di depan komputer.
- mata sering terasa kabur terutama di pagi dan sore hari dan akan ,enjadi lebih jelas setelah berkedip.

Cara Pemeriksaan Mata Kering :
1. Dilakukan tes uji Schimer yang berguna untuk mengukur produksi air mata
Kertas filter schimer ditempelkan pada kantung kelopak bawah selama 5 menit (Normal jika kertas filter basah pada angka 10-30 mm)
2. Dilakukan Tear Break Up Time (BUT) untuk mengukur kualitas kstabilan air mata
Dikatakan normal jika mata diminta berkedip kemudian kedip ditahan apabila lapisan air mata tidak mengalami perubahan antara 20-30 detik.

kornea keruh


kornea keruh
Terganggunya faktor yang menyebabkan kejernihan tersebut, seperti tersebut diatas terganggu dapat menimbulkan kekeruhan kornea. Menurunnya tingkat kejernihan atau kekeruhan dapat bersifat sementara atau menetap atau selemanya.
Kekeruhan kornea dapat disebabkan karena kornea terluka, misalnya: karena trauma, infeksi oleh bakteri, jamur atau virus, atau terjadi reaksi penolakan tubuh atau autoimun, atau akibat kelainan bawaan yaitu terdapat penumpukan material abnormal, kerusakan endotel akibat kenaikan tekanan bola mata, bahkan komplikasi tindakan bedah.
Penurunan kejernihan kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan, mulai dari rasa silau sampai terjadi penurunan ketajaman penglihatan sampai kebutaan.
Sebagian penderita yang terganggu penglihatannya atau kebutaan akibat kerusakan kornea masih dapat dipulihkan kembali penglihatannya dengan tindakan pencangkokan (transplantasi) kornea, dalam istilah kedokteran disebut KERATOPLASTI.

Transplantasi Kornea
Pencangkokan kornea dilakukan dengan cara mengangkat kornea penderita yang keruh dan menggantinya dengan kornea donor yang masih jernih.

Tindakan ini dibedakan menjadi:
Pencangkokan Kornea Lameler, hanya sebagian dilapisi kornea yang diganti oleh kornea donor. Tindakan ini dilakukan apabila lapisan endotel penderita masih dapat menjalankan fungsi pompanya dengan baik.

Pencangkokan Kornea Tembus, dilakukan apabila seluruh lapisan kornea penderita diangkat dan digantikan dengan kornea donor.

Tujuan dan Indikasi dilakukan pencangkokan kornea dibagi menjadi:
• Indikasi Optik
Bertujuan untuk memulihkan kemampuan penglihatan penderita secara optimal. Biasanya dilakukan pada kerusakan kornea yang minimal dan tanpa ada penyulit tindakan.
• Indikasi Terapeutik
Dilakukan untuk menghilangkan keadaan patologik dijaringan kornea yang diperkirakan dapat merusak bola mata secara keseluruhan, misalnya karena infeksi bakteri atau jamur.
• Indikasi Tektonik
Dilakukan untuk memperbaiki struktur jaringan kornea yang mengalami penipisan dan kerusakan yang mengancam keutuhan bola mata. Keadaan ini sering disebabkan oleh infeksi maupun trauma.
• Indikasi Kosmetik
Tindakan ini dilakukan hanya untuk memulihkan kejernihan kornea, karena kemampuan penglihatan tidak dapat dipulihkan karena sistem saraf penglihatan terganggu.

Kornea adalah selaput bening yang letaknya dibagian terdepan bola mata dan bersifat tembus pandang. Cahaya dapat masuk dan mencapai sel-sel penerima cahaya didalam bola mata. Bagian luar kornea dilapisi air mata, sedang bagian dalamnya terdapat cairan akuos.

Kegunaan Kornea
• Kornea mempunyai kemempuan membiaskan cahaya yang paling kuat dibanding dengan sistem optik retraktif lainnya.
• Kubah kornea akan membiaskan sinar kelubang pupil didepan lensa. Kubah kornea yang semakin cembung akan memiliki daya bias yang kuat.
• Peran kornea sangat penting dalam menghantarkan cahaya masuk kedalam mata untuk menghasilkan penglihatan yang tajam, maka kornea memerlukan kejernihan, kehalusan dan kelengkungan yang tertentu.

Faktor yang menyebabkan kejernihan kornea
• Tidak mengandung zat tanduk, pembuluh darah, struktur dan susunan jaringan relatif homogen dan teratur.
• Permukaan kornea dikelilingi oleh cairan, agar mampu menahan cairan dan untuk mempertahankan kadar cairan pada tingkat tertentu maka dibagian depan kornea terdapat epitel dan dibagian belakang dilapisi endotel, yang berfungsi memompa cairan keluar kornea apabila berlebihan.